Julia De Imanuelo
Yogyakarta - Selasa 27 September 2016, Kelompok Belajar Perempuan Papua mengadakan Pemutaran Film dokumenter dan diskusi di kontrakan KOMAPO (Komunitas Mahasiswa dan Pelajar Aplim Apom), kabupaten Pegungan Bintang, yang dihadiri oleh mahasiswa dan mahasiswi Papua yang berjumlah, 19 orang.
Kegiatan dimulai pada jam 19.30 sampai dengan selesai jam 21.00. Kelompok Belajar Perempuan Papua mengangkat masalah konkrit yang ada di Papua Pada umumnya dan pada khususnya di Kbupaten Pegunungan Bintang, yaitu Kesehatan dan Pendidikan yang sampai sekarang ini masih sangat memprihatinkan. Kegiatan diskusi ini dimoderatori oleh saudari Prapasia Ningmabin, dan pematerinya yaitu saudari Anike Hipyan.
Untuk mengawalinya kegiatan dimulai dengan pemutaran film dokumenter tentang penderita HIV/AIDS dan juga buruknya Pendidikan di kabupaten Tolikara, yang kondisinya sama dengan yang sedang terjadi di kabupaten Pegunungan Bintang.
Setelah pemutaran film diskusi dibuka dengan penjelasan yang diberikan oleh saudari Anike bahwa sampai sekarang ini, Kesehatan di wilayah Pegunungan Bintang masih sangat mengenaskan, hal ini diperkuat lagi dengan Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM) dimana kabupaten Pegunungan Bintang menduduki rangking ke 440 dari 440 Kabupaten. Pada saat ini juga di kabupaten Pegunungan Bintang penyakit HIV/AIDS merajalela, pada tahun 2007 tercatat 5 orang yang meninggal, kemudian bertambah lagi dengan sangat drastis pada tahun 2012 tercatat 46 kasus kematian, ini yang terdata di Rumah Sakit ( Sumber: Melkior Sitokdana, ST, M Eng) belum lagi yang meninggal yang tak terdata yang disembunyikan oleh sanak keluarga karena malu, sangat miris sekali.
Menurut share saudari-saudari dari kabupaten Pegunungan Bintang, sosialisasi tentang bahaya HIV/AIDS, namun itu semua tak mengubah keadaan karena jika dilihat hampir keseluruhan pergaulan di sana sangat bebas sekali, tak ada fungsi kontrol orang tua yang diketatkan, sehingga anak-anak bebas sekali berkeliaran di sekitaran ibukota yang gelap yang sampai sekarang ini masih belum ada listrik dan juga PDAM.
Hal ini ditambah parah lagi dengan pengkomsumsian ganja sangat bebas di sana, aparat keamanan yakni pihak kepolisian hanya berpangku tangan melihat masalah ini, bahkan merekapun ikut campur dalam bisnis pengedaran ganja serta juga sebagai pemakai yang aktif mengkonsumsi ganja.
Pendidikan pun sangat memprihatinkan tak ada pemerataan yang dirasakan, dimana kalau dilihat di ibukota pergaulan yang sangat fatal membuat angka putus sekolah semakin tinggi ditambah dengan para gur-guru yang jarang ditempat tugas menambah suramnya masa depan anak. yang di ibukota saja para guru-guru tidak di tempat apalagi kalau kita lihat di disrtik yang jauh dari ibukota, di mana gedung sekolah hanya sebagai bangunan penghias dan penghibur anak-anak yang bersemangat dan selalu datang untuk menuntut ilmu. sebelum sang Surya menampakkan diri, anak-anak kecil ini bangun mempersiapkan diri mereka, dari balik gunung mereka mengayunkan kaki berkilo-kilo meter jauhnya untuk mendapat ilmu, tetapi apa yang mereka dapat? Hanya bangunan kosong berlabelkan pendidikan, namum tak berilmu dan berpengetahuan.
Begitulah yang selalu terjadi di pelosok kabupaten Pegunungan Bintang. Dijelaskan lagi, sulitnya akses untuk sampai ditempat tujuan menjadi kendala utama, yang berakibat pada tingginya harga barang di sana, ditambah tidak adanya ketegasan dari dinas terkait untuk menyikapi masalah yang fatal ini.
Kesimpulan dari diskusi:
Harus ada ketegasan Pemerintah Provinsi Papua untuk menangani masalah PENDIDIKAN dan KESEHATAN yang sudah sangat darurat menuju kehancuran manusia Papua dan generasi penerus Bangsa Papua. jika kedua hal ini tidak di perhatikan dengan baik oleh Pemerintah Provinsi Papua dalam hal ini Dinas Pendidikan Provinsi tidak dapat memperhatikan situasi perkembangan pendidikan dengan baik maka generasi penerus Papua tidak ada harapan lagi dalam hal SDM Papua akan berkurang, terkait guru-guru yang tidak di tempat tugas namun menerima gaji buta padahal tugas mereka tidak berjalan dengan baik dimana mereka ditugaskan malah mereka enak-enakkan di kota. Dapat kita ketahui bahwa Pendidikan yang baik dan berkualitas tak hanya bisa didapatkan di sekolah, pendidikan yang sangat penting adalah pendidikan yang diberikan oleh keluarga serta pula harus dikontrol dengan baik, tetapi juga tidak otoriter terhadap anak, karena perhatian keluarga dapat meminimalisir segala kenegatifan yang dilakukan oleh seseorang, sehingga diharapkan kita semua tidak terjerumus dalam hal-hal yang dapat membahayakan diri kita dalam hal ini kesehatan untuk menanggulangi penyakit HIV/AIDS. Terkait kesehatan langkah yang paling mungkin yaitu membiayai pendanaan untuk melakukan penelitian obat herbal untuk menanggulangi penyakit HIV/AIDS, serta penanaman buah merah yang lebih efektif sebagai anti bodi. Diharapkan Pemerintah Provisi Papua ( Dinas Kesehatan Provinsi) harap menyediakan fasilitas Kesehatan yang di perlukan oleh masyarakat setempat, agar dapat mengurangi angka kematian yang terjadi di wilayah Papua.
Sumber: Julia De Imanuelo
Editor: Helena Kobogau
No comments:
Post a Comment