Perempuan Wallak
Tak pernah Lelah Papua menyuguhkan sejuta pesonanya, satu lagi eksotisme dari Tari Ambiaro ini adalah kesenian khas suku Walak, Papua. Dibawakan oleh 24 penari, terdiri dari 12 laki-laki dan 12 perempuan, tari ini mengisahkan perjalanan nenek moyang orang Papua, dari Yunan, di daratan Asia, hingga mencapai Pulau Papua.
Perjalanan yang dimulai dari Yunan, di daratan Asia, melintasi Taiwan, Filipina, dan Lautan Pasifik sampai akhirnya tiba di Papua Nugini. Dari wilayah inilah, para leluhur melintas ke arah barat hingga tiba di Pulau Ifala. Mereka selanjutnya meneruskan perjalanan ke Genyem.
Dari Genyem, leluhur orang Papua satu per satu menyebar ke berbagai tempat, yang melahirkan sekitar 252 suku di Tanah Papua, saat ini.“Tari Ambiaro mengajak semua suku untuk membangun Papua Baru. Tari ini mengingatkan bahwa kami berasal dari satu nenek moyang dan satu keturunan serta satu perjalanan sejarah,” kata Petrus Mabel, seniman suku Walak.
Saat membawakan tari Ambiaro, para penari suku Walak juga mendemonstrasikan pembuatan api dengan cara menggesek batu dan kayu serta alang-alang kering (tenggan). Ini sesuai dengan yang diperbuat para leluhur mereka di masa lampau.Saat ini, jumlah anggota suku Walak mencapai lebih dari 30 ribu jiwa.Mereka mendiami sebagian Kabupaten Jayawijaya, Mamberamo Tengah, dan Kabupaten Yalimo.
Warga suku ini mendiami Lembah Kobakma, Ilugwa, Erageam, Wolo, dan Yalengga di pinggir Sungai Mamberamo yang merupakan sungai terbesar di Papua Indonesia.[Perempuan Papua]
Perjalanan yang dimulai dari Yunan, di daratan Asia, melintasi Taiwan, Filipina, dan Lautan Pasifik sampai akhirnya tiba di Papua Nugini. Dari wilayah inilah, para leluhur melintas ke arah barat hingga tiba di Pulau Ifala. Mereka selanjutnya meneruskan perjalanan ke Genyem.
Dari Genyem, leluhur orang Papua satu per satu menyebar ke berbagai tempat, yang melahirkan sekitar 252 suku di Tanah Papua, saat ini.“Tari Ambiaro mengajak semua suku untuk membangun Papua Baru. Tari ini mengingatkan bahwa kami berasal dari satu nenek moyang dan satu keturunan serta satu perjalanan sejarah,” kata Petrus Mabel, seniman suku Walak.
Saat membawakan tari Ambiaro, para penari suku Walak juga mendemonstrasikan pembuatan api dengan cara menggesek batu dan kayu serta alang-alang kering (tenggan). Ini sesuai dengan yang diperbuat para leluhur mereka di masa lampau.Saat ini, jumlah anggota suku Walak mencapai lebih dari 30 ribu jiwa.Mereka mendiami sebagian Kabupaten Jayawijaya, Mamberamo Tengah, dan Kabupaten Yalimo.
Warga suku ini mendiami Lembah Kobakma, Ilugwa, Erageam, Wolo, dan Yalengga di pinggir Sungai Mamberamo yang merupakan sungai terbesar di Papua Indonesia.[Perempuan Papua]
No comments:
Post a Comment