Octaviyanti Blandina Ronsumbre, Pilot Wanita Asal Papua.
Pilot adalah sebutan untuk orang yang mengemudikan
atau mengawaki pesawat terbang. Sebagai orang yang memiliki profesi yang
menuntut keahlian dalam mengemudikan sebuah pesawat, seorang pilot harus
menempuh ujian resmi yang diadakan oleh sekolah penerbangan dan otoritas
penerbangan.
Nah, jika dulu pilot identik sebagai profesi kaum
lelaki, kini semakin banyak perempuan yang berprofesi pilot. Di Indonesia,
perempuan yang menjadi pilot sudah cukup banyak. Namun, di Papua, Octaviyanti
Blandina Ronsumbre adalah pilot perempuan pertama, yang bisa menjadi insprirasi
untuk kebangkitan Kartini-kartini di provinsi paling timur Indonesia.
Pilot kelahiran Biak, 30 Oktober 1988 ini adalah anak
perempuan dari Yakobus Ronsumbre, putra asli Papua dan Susilowati, perempuan
berdarah Jawa. Kini perempuan yang akrab disapa Vivin itu menjadi salah satu
pilot di Maskapai Trigana Air dan telah mengantongi ribuan jam terbang.
Kesan pertama sosok dari ibu anak satu itu cukup ramah
dan bersahabat, saat dihubungi VIVA.co.id melalui melalui telepon
selulernya, Kamis malam, 20 April 2017, untuk diwawancarai.
Di awal percakapan, ibu dari Dirgantara Ronsumbre dan istri dari Agustinus Sujatmiko tersebut mengatakan, dirinya adalah lulusan sekolah penerbang Nusa Flying International Bandara Halim Perdanakusuma Jakarta.
“Saya lulus penerbang Mei 2011,” ujarnya mengawali percakapan.
Di awal percakapan, ibu dari Dirgantara Ronsumbre dan istri dari Agustinus Sujatmiko tersebut mengatakan, dirinya adalah lulusan sekolah penerbang Nusa Flying International Bandara Halim Perdanakusuma Jakarta.
“Saya lulus penerbang Mei 2011,” ujarnya mengawali percakapan.
Vivin menempuh pendidikan di SD Negeri I Biak kota,
SMP negeri I Biak Kota, dan SMA Negeri I Biak Kota. Meski kini berprofesi
sebagai pilot, namun ternyata cita-citanya sejak kecil sebenarnya menjadi
pramugari.
“Bahkan saking kepincutnya jadi pramugari, setiap ada
kegiatan karnaval saat duduk di bangku SD, SMP, SMA, saya selalu mengenakan
busana pramugari,” kisahnya.
“Namun, saat mendaftar pramugari, malah tidak diterima
karena tinggi badan hanya 158 sentimeter, sedangkan standarnya minimal 160
sentimeter. Lantas kemudian ikut tes pilot,” katanya menambahkan.
Menurutnya, yang memberikan dorongan dan motivasi agar
ia mencoba mengikuti tes pilot setelah gagal menjadi pramugari adalah sang
kakak.
“Setelah gagal tes pramugari, kakak saya yang
kebetulan pilot, mendorong untuk ikut tes penerbang, ternyata lulus,” ucapnya.
Setelah lulus menjadi seorang penerbang, Oktober 2011,
Vivin kemudian menjadi pilot dengan jabatan first officer di PT Trigana Air.
Awalnya ia dipercaya mengawaki pesawat kargo di Papua dan baru tahun 2015
dipercaya membawa pesawat penumpang.
Pertama kali menerbangkan pesawat, Vivin mengaku
bangga bercampur haru.
“Campur aduk itulah perasaan pertama saat menerbangkan
pesawat, bahkan sampai menangis ternyata bisa juga menjadi pilot,” ujar Vivin.
Ia juga sempat mengungkapkan pengalamannya yang paling
berkesan saat menerbangkan pesawat, yakni bisa mengajak keluarganya terbang
bersama.
Vivin yang kini mengemudikan pesawat jenis Boeing 737
seri 300/400/500 dengan jam terbang sekitar 4.000 jam itu mengungkapkan,
terbang di Papua lebih banyak tantangannya karena cuaca daerah pegunungan di
sana sangat ekstrem dan terkadang sulit diprediksi.
“Terbang di udara Papua itu penuh tantangan, yang
menuntut konsentrasi penuh,” kata Vivin yang juga pernah terbang di
wilayah Jawa dan Kalimantan.
Dia akhir perbincangan, Vivin menuturkan bahwa sosok
Kartini adalah salah satu wanita yang menginspirasi setiap kaum perempuan untuk
berkarya. Ia juga mengaku mengidolakan Kartini, yang menurutnya merupakan bukti
bahwa perempuan juga bisa berkarya besar.
Kepada perempuan-perempuan Papua, Vivin memberikan
dorongan untuk terus maju.
“Pesan saya bagi perempuan Papua, tidak ada yang tidak mungkin, selama ada niat pasti ada jalan. Semua wanita bisa jadi pilot, selama kita mau berusaha,” tutupnya.
Semoga semangat Vivin menjadi tonggak awal lahirnya Kartini-kartini di Bumi Cenderawasih. (hd)
“Pesan saya bagi perempuan Papua, tidak ada yang tidak mungkin, selama ada niat pasti ada jalan. Semua wanita bisa jadi pilot, selama kita mau berusaha,” tutupnya.
Semoga semangat Vivin menjadi tonggak awal lahirnya Kartini-kartini di Bumi Cenderawasih. (hd)
No comments:
Post a Comment