Jayapura - Namanya cukup
panjang, yakni Octaviyanti Blandina Ronsumbre (26). Tapi jika ketemu, panggil
saja Vivin. Dia pasti menoleh. Tak sekadar nama yang membuat perempuan ini
istimewa, tapi juga prestasinya. Vivin adalah perempuan pertama dari tanah
Papua yang menjadi pilot.
Laksana burung Cendrawasih, maskot Papua, Vivin piawai terbang. Perempuan setinggi 158 cm dan berbobot 60 kg ini mengantongi lebih dari 3 ribu jam terbang.
Saat dihubungi detikcom, Selasa (21/4/2015), Vivin baru saja tiba di Jakarta dari Papua dengan menerbangkan pesawat Boeing 737-200 milik Trigana Air Service. Dia menyapa lembut dari balik telephon genggamnya dan mengatakan bisa wawacara melalui telepon. "Tapi tunggu sebentar ya, karena saya baru saja tiba di Jakarta," katanya.
Laksana burung Cendrawasih, maskot Papua, Vivin piawai terbang. Perempuan setinggi 158 cm dan berbobot 60 kg ini mengantongi lebih dari 3 ribu jam terbang.
Saat dihubungi detikcom, Selasa (21/4/2015), Vivin baru saja tiba di Jakarta dari Papua dengan menerbangkan pesawat Boeing 737-200 milik Trigana Air Service. Dia menyapa lembut dari balik telephon genggamnya dan mengatakan bisa wawacara melalui telepon. "Tapi tunggu sebentar ya, karena saya baru saja tiba di Jakarta," katanya.
Vivin sejak tahun 2011 menjadi pilot dengan jabatan first officer di PT Trigana Air, salah satu maskapai penerbangan yang beroperasi
di Papua. Selama di Papua, Vivin mengemudikan pesawat kargo. Akhir Januari
2015, Vivin base di Jakarta dan akan menerbangkan pesawat penumpang.
"Kalau di Jakarta, saya menjadi pilot
ganteng, terbang pake dasi, he..he..he. Saya akan bawa penumpang ke Pangkalan
Bun di Kalimantan Timur, ke Semarang Jawa Tengah, ke Surabaya Jawa Timur,"
sambung perempuan berambut lurus ini setelah memiliki waktu luang setiba di
Jakarta.
Vivin lahir di Teluk Cendrawasih, Papua. Sejak TK, SD, SMP dan SMU, setiap kali ikut karnaval, ia mengenakan baju pramugari. Tapi sekali waktu di SMU, saat karnaval dia memakai baju pilot, baju kakaknya yang saat itu sudah menjadi pilot.
"Sejak kecil saya bercita-cita menjadi pramugari, tapi malah menjadi pilot," katanya.
Vivin merupakan lulusan sekolah pilot di Nusa Flying School International Halim Perdanakusuma tahun 2010-2011. "Saya sekolah pilot hanya 1 tahun 2 bulan. Masuk pendidikan mulai Januari 2010 dan wisuda Mei 2011," jelasnya.
Terkait peringatan Hari Kartini, Vivin teringat mamanya, Susilowati, yang saat ini tinggal di Biak, Papua. Menurut dia, sang mama selalu memberikan motivasi bahwa tidak saja laki-laki yang bisa pilot, tetapi perempuan juga bisa.
"Ternyata di mana ada kemauan, di situ pasti ada jalan," katanya menyadari jalan yang dirintis Ibu kartini.
Vivin lahir di Teluk Cendrawasih, Papua. Sejak TK, SD, SMP dan SMU, setiap kali ikut karnaval, ia mengenakan baju pramugari. Tapi sekali waktu di SMU, saat karnaval dia memakai baju pilot, baju kakaknya yang saat itu sudah menjadi pilot.
"Sejak kecil saya bercita-cita menjadi pramugari, tapi malah menjadi pilot," katanya.
Vivin merupakan lulusan sekolah pilot di Nusa Flying School International Halim Perdanakusuma tahun 2010-2011. "Saya sekolah pilot hanya 1 tahun 2 bulan. Masuk pendidikan mulai Januari 2010 dan wisuda Mei 2011," jelasnya.
Terkait peringatan Hari Kartini, Vivin teringat mamanya, Susilowati, yang saat ini tinggal di Biak, Papua. Menurut dia, sang mama selalu memberikan motivasi bahwa tidak saja laki-laki yang bisa pilot, tetapi perempuan juga bisa.
"Ternyata di mana ada kemauan, di situ pasti ada jalan," katanya menyadari jalan yang dirintis Ibu kartini.
No comments:
Post a Comment